MITRAMAT
Senin, 07 Oktober 2024
Kamis, 12 September 2024
Kamis, 22 Agustus 2024
KISAH INSPIRATIF 6
Welinge Semar.
"ILMU SEMAR MESEM"
Gareng : "Romo pernah Dicaci-maki Seseorang?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Pernahkah Dimusuhi Seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Bagong : "Apa pernah Dibenci Seseorang, Mo?"
Semar : "Pernah....!"
Gareng : "Sampeyan juga pernah Dihujat Seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Apakah semua itu dilakukan Secara Terang²an, Mo..?"
Semar : "Ada yang dilakukan Secara Terang²an, Ada juga yang hanya dilakukan Secara Diam² dari belakang..."
Bagong : "Lantas Apa yang Romo perbuat terhadap Orang² itu..?"
Semar : "Thole, nggèr Anak²ku cah bagus, podo
dirungokno yo..!
Aku Tidak Balik Mencaci-maki dia, Aku pun Tidak Merasa harus Memusuhinya, Tidak Pula akan Membencinya dan aku juga Tidak Berpikir akan Membalas Hujatannya..."
Gareng (penasaran) : "Kenapa bisa demikian, Mo..?"
Semar (sambil membetulkan duduknya) : "Itu karena
Pikiran serta Hatiku Tidak Terfokus pada...
Siapa yang Mencaci-maki,
Siapa yang Memusuhi,
Siapa yang Membenci dan
Siapa yang Menghujat.
Pikiran dan Hati ku hanya Terfokus pada...,
Siapa yang Menggerakkan Lidah mereka Sehingga Mencaci-maki
aku,
Siapa yang Menggerakkan Jiwa nya Sehingga Memusuhi aku,
Siapa yang Menggerakkan Hati nya Sehingga Membenci aku dan
Siapa yang Menggerakkan Pikiran nya Sehingga membuat Mulut nya Menghujat aku..."
Petruk : "Dia itu Siapa, Mo..?"
Semar : "DIA-lah GUSTI ALLAH YANG MAHA PENCIPTA.
DIA-lah SEBAGAI MAHA YANG BERKUASA Atas Segala Sesuatu Yang Sudah, Yang Belum, Yang Sedang dan Yang Akan Terjadi.
Ya Hanya DIA-lah Satu²nya yang memberi Kemampuan dan
Kekuatan pada Orang² itu Sehingga...
Lidahnya bisa Mencaci-maki,
Jiwanya bisa Memusuhi,
Pikirannya bisa Membenci dan...
Bibirnya bisa Menghujat Diri ini.
Tanpa-NYA Tentu Mustahil bisa Terjadi.
Sehingga aku Beranggapan, Sebenarnya Cacian, Kebencian,
Permusuhan dan Hujatan itu Sengaja Dihadirkan GUSTI ALLAH Agar...
Jiwaku Menjadi KUAT Melewati RINTANGAN Dan...
Hati ku Menjadi HEBAT Tatkala Menghadapi UJIAN.
Jadi, adalah SALAH BESAR jika aku Menyalahkan Orang² itu Apalagi Membalasnya. Oh... Bagiku itu tidak perlu, bahkan aku Berkeyakinan bahwa Segala Sesuatu yang Terjadi pada Kehidupan ini Tidak Mungkin Terjadi Secara Tiba², Semua Sudah Diatur Sedemikian Rupa olehNYA,
Maka Apapun Kenyataan yang aku Terima kemarin, Hari ini atau
Suatu Hari nanti, Tidak ada Kata Sia², bahkan Dibalik Semua itu, pasti ada
Hikmah Terbaik yang bisa merubah Kehidupanku agar menjadi Lebih Baik dari
Sebelumnya.
Karena aku tahu, Sesungguhnya GUSTI ALLAH itu MAHA BAIK.
Anak²ku, Kowe kabeh...,
Jangan Terpengaruh kalau Dihina.
Jangan Hati Melambung kalau Dipuji.
Tidak Penting Dianggap Baik,
Yang Penting Terus Belajarlah Menjadi Orang Yang Baik, Berguna Untuk Orang Lain, dan Bertanggung Jawab !!!.
👆🏻
Itulah Sekilas Tentang Ilmu "Semar Mesem" Yang semoga kita bisa mempraktekkannya
walaupun Sulit....
Minggu, 12 November 2023
KISAH INSPIRATIF 5
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.
Rasulullah
SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga keadaan beliau sangat lemah.
Semuanya
merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt Taushiyah dari Rasulullah SAW.
menahan
sakit yg tengah dideritanya.
bahwa
sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah?"
"Benar
wahai Rasulullah,
Engkau telah
sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak
disembah."
"Persaksikanlah
ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."
dan setiap
apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah SWT,
Dan sblm aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dgn manusia.
Maka aku
ingin bertanya kepada kalian semua.
Adakah aku
berhutang kepada kalian?
Aku ingin
menyelesaikan hutang tersebut.
Karena aku
tidak mau bertemu dgn Allah SWT dalam keadaan berhutang dengan manusia."
Ketika itu semua para Sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yg banyak berhutang kepada Rasulullah".
seorg sahabat, mantan preman sblm masuk Islam, dan dia berkata:
Seandainya
ini dianggap hutang,
Maka aku
minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau
berbuat apa2".
"Aku
masih ingat ketika perang Uhud dulu, suatu ketika engkau menunggang kuda, lalu
engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda.
Tetapi cemeti
tsb tidak kena pada belakang kuda,
Tapi justeru
terkena pada dadaku,
Karena
ketika itu aku berdiri dibelakang kuda yg engkau tunggangi wahai
Rasulullah".
Ukasyah
berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai
Rasulullah."
"Sungguh
engkau tidak berperasaan Ukasyah. Bukankah Baginda sedang sakit..!!?
Rasulullah
SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah Fatimah, anaknya.
Kemudian
Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai
Bilal?"
"Kenapa
Ukasyah hendak memukul Ayahku Rasulullah?
Ayahku sedang sakit, kalau mau memukul, pukullah aku anaknya".
Setelah mengambil cambuk itu, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
berkata: "Ukasyah... kalau kamu hendak memukul, pukullah aku..!!
Aku adalah
orang yang pertama beriman dgn apa yg Rasulullah SAW sampaikan.
Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul,
maka
pukullah aku".
Ini urusan
antara aku dgn Ukasyah".
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah SAW. Kemudian Umar bin Khattab berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
Dulu memang
aku tidak suka mendengar nama Muhammad,
bahkan aku
pernah berniat untuk menyakitinya.
Itu dulu.
Sekarang, tidak boleh ada seorang pun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad
SAW.
Kalau engkau
berani menyakiti Rasulullah,
maka
langkahi dulu mayatku..!!"
"Duduklah
wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja.
Darah yang
sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
"Wahai Paman, pukullah kami Paman, Kakek kami sedang sakit,
Pukullah kami saja wahai Paman, sesungguhnya kami ini Cucu kesayangan Rasulullah SAW.
Dengan
memukul kami, sesungguhnya itu sama dengan menyakiti Kakek kami,, wahai
Paman."
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai Cucu2 kesayanganku, duduklah kalian.
Ini urusan
kakek dengan Paman Ukasyah".
dengan
lantang Ukasyah berkata:
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah SAW didudukkan pada sebuah kursi,
lalu dengan
suara tegas Ukasyah berkata lagi:
Ya
Rasulullah."
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa ber-lama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah; sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar...
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, Segeralah dan janganlah kamu ber-lebih2an. Nanti Allah SWT akan murka padamu."
"Ya
Rasulullah, Ampuni aku,
Maafkan aku;
Mana ada
manusia yg sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya,
agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu...
Karena
Engkau pernah mengatakan "Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan
denganku, maka diharamkan api neraka atasnya."
Karena
sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Maafkan aku
ya Rasulullah..."
Semua sahabat menitikkan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.
Allahumma'sholli
'alaa Sayyidina Muhammad.
Allahumma
sholli 'alayhi wassalam...
Minggu, 22 Oktober 2023
KISAH INSPIRATIF 2
📑KISAH SEORANG ANAK DI AMSTERDAM, BELANDA
⛓️Setiap selesai shalat Jum'at setiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yang berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku Islam, di antaranya buku Ath-Thariq ilal Jannah (Jalan Menuju Surga).
📌Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.
Namun, tibalah suatu hari ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.
Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin.
Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku telah siap."
Ayahnya menjawab, "Siap untuk apa?"
Ia berkata, "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)."
Sang ayahpun berucap, "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur."
Sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan, "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju Neraka di luar sana, dibawah guyuran hujan."
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata, "Namun, Ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini."
Akhirnya, anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak, dan akhirnya memberikan izin.
Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata, "Terima kasih, wahai ayahku."
Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui.
Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun, sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut.
Akhirnya, ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama.
Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya.
Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.
Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.
Nenek berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"
Si anak berkata (dengan mata yang berkilau dan senyuman yang menerangi dunia), "Saya minta maaf jika mengganggu. Akan tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan Nyonya.
Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada Nyonya. Di dalamnya, dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhaannya."
Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah, ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi.
Terdengar sayup-sayup, dari shaf perempuan, seorang perempuan tua berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya di sini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu, saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat, dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini."
Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu,
"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku....... Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi, dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir, 'Paling sebentar lagi, juga pergi.'
Namun......... suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati, 'Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku? Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.'
Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.
Ia berkata, 'Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa : Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya,' lalu dia memberikan buku ini kepadaku.
"De Weg Naar De Hemel" (Jalan Menuju Surga)
Anak kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang di balik guyuran hujan.
Hari itu juga secara tiba-tiba setelah menutup pintu, aku langsung membaca buku dari anak kecilku itu sampai selesai.
Seketika, kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi."
"Sekarang, lihatlah aku. diriku sangat bahagia, karena aku telah mengenal Tuhan-ku yang sesungguhnya."
"Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterima kasih kepada kalian yang telah mengirimkan mutiara kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api Neraka."
Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung di masjid bergemuruh dengan pekikan takbir,
"Allahu Akbar."
Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana mutiara kecil itu duduk, dan memeluknya erat, di hadapan para jama'ah.
Sungguh mengharukan. Mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
Judul asli :
قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة
"DE WEG NAAR DE HEMEL"
Penerjemah:
Shiddiq Al-Banjow
jazakumullahu khairan wa wabarokallahu Fiikum
Baca juga: Kisah inspiratif 3 : Kesombongan
Minggu, 28 Februari 2021
KISAH INSPIRATIF 1
Yg ini Copass dari grup sebelah, kita ambil hikmahnya saja, temanya tetap belajar melalui kisah😊😊
Kisah nyata, baca sampai habis biar paham.
----‐-----------------------
MERTUA LANGKA
“Mah, ada nenek datang.” Suara anakku terdengar sampai ke dapur.
“Mampus dah gue, mertua datang aku nggak punya apa-apa, beras habis, kulkas kosong, apa yang akan aku katakan padanya.”
Saat suamiku masih bekerja aku selalu mengiriminya uang pun saat suamiku dipecat saat pandemi aku tetap mengiriminya uang hasil aku jualan dagangan orang lain dan hasil ngojek suamiku, agar dia tidak tahu anaknya sedang susah.
Biarlah ibu mertuaku tahunya kami hidup enak terus.
“Eh ibu, mari masuk, Bu?” aku bawakan tasnya ke dalam kamar setelah aku salim.
Anakku pun salim dan langsung mengajak neneknya bermain di depan.
Sepertinya mertuaku akan menginap lama, karena tas yang dibawa agak banyak.
“Sebentar ya, Bu, Nisa bikinin minum dulu.”
Saat itulah kesempatan aku lari ke warung.
“Teteh mau ngebon dulu ya, nanti saya bayar kalau mas Wawan udah pulang.”
“Iya, Mbak selow aja.”
Untung teteh warungnya orangnya baik banget. Aku ngebon beras, minyak, gula, teh, kopi.
“Teh, nanti yang ambil mas Wawan ya, saya nitip dulu.”
“Siap Mbak.”
Tak lupa aku kirim pesan ke mas Wawan.
[Mas, nanti ambil belanjaan di warung Teh Murni, aku ngebon dulu, ibu kamu datang, sebelum pulang copot dulu jaket ngojek kamu ya, pura-pura kamu pulang kerja terus habis belanja juga]
[Ok]
Aku lalu pulang lewat pintu belakang dan membuat minum untuk ibu mertuaku, aku gorengin pisang kebetulan kemarin dikasih sama yang punya kontrakan.
“Ayo, Bu diminum dulu sama goreng pisang mumpung anget.”
“Iya, gimana keadaan kalian? Ibu mau nginep di sini seminggu boleh ya? Lagi jenuh di rumah.”
“Iya boleh, Bu.”
Itu artinya aku sama mas Wawan harus acting selama seminggu.
“Wawan belum pulang kerja?”
“Sebentar lagi, Bu, tuh dia.”
Mas Wawan pulang dengan membawa belanjaan yang tadi aku bon di warung, dia juga membeli soto ayam Sokaraja kesukaan ibu mertua dan tentunya pulang tanpa jaket ojek.
Ibu mertua tampak bangga banget melihat anaknya pulang kerja membawa belanjaan. Sementara aku sibuk whatsApp teman untuk meminjam uang, karena seminggu di rumah artinya aku harus punya stok uang yang banyak.
Alhamdulillah aku dapat pinjaman dari ibu kontrakan. Sebenarnya bukan pinjaman tetapi aku mengambil lagi uang yang udah aku bayarkan untuk kontrakan sebulan separuh. Aku janji akan menggantinya setelah aku dapat komisi dagangan orang.
Selama seminggu mas Wawan selalu berangkat dengan baju rapih dan pulang saat jam kantor juga pulang, agar ibu tidak curiga.
Aku pun masak makanan yang enak-enak agar ibu tahu anaknya tak susah di rantauan.
“Enak nih kalau ada nenek, makannya enak-enak mulu!” ujar anakku polos.
“Emang biasanya makannya nggak enak?”
Aku senggol anakku agar menengok lalu aku kedipin mataku.
“Enak sih, tapi lebih enak kalau ada nenek,” jawab anakku setelah aku kedipin.
Aku takut dia jujur bahwa selama pandemi makannya seadanya yang penting masih tiga kali sehari.
“Wan, itu kasur kamu keras banget, ibu sakit badannya, beliin kasur inoac dong biar nyaman tidurnya.”
Aduh, uang dari mana buat beli kasur dadakan, padahal itu aku udah ngalah tidur di kasur lantai. Akhirnya aku mendatangi tukang kredit yang bisa kasih kasur dengan sistem arisan bulanan.
Aku sama mas Wawan izin pergi bilang mau beli kasur padahal aku ambil di tukang kredit, yang penting ibu bisa tidur nyaman.
“Asik kasur baru, aku tidur sama nenek lagi ya?” ujar anakku kegirangan.
Ibu mertuaku terlihat bangga banget dengan anaknya yang bisa memenuhi keinginannya.
Pagi-pagi sebelum mas Wawan berangkat.
“Wan, ibu pengen banget makan steak yang kata orang-orang dagingnya empuk itu loh.”
“Iya, Bu nanti pulang kerja Wawan bawain.”
Mas Wawan bicara padaku tentang keinginannnya. Aku kasih persediaan uang yang aku punya.
“Beliin aja, Mas, belum tentu besok-besok dia kepengin.”
Aku selalu menuruti apa pun keinginan mertuaku, bagaimana pun dia sudah melahirkan dan membesarkan mas Wawan, giliran anaknya sudah dewasa malah menghidupi aku yang jelas-jelas orang lain makanya aku merasa perlu membalas budi.
Selama di kontrakan ibu sering aku tinggal pergi karena aku harus mengantar dagangan pesanan orang menggunakan sepeda.
Ibu tidak keberatan karena ada anakku yang menemaninya.
“Pokoknya ibu jangan ngapa-ngapain ya, jangan megang kerjaan apa pun, tunggu saya pulang ya bu, Nisa antar dagangan dulu.”
“Iya hati-hati, Nis.”
Saat malam hari kita lagi ngobrol-ngobrol.
“Wan, besok kamu kan libur, ibu pengin jalan-jalan ke pantai sambil makan ikan bakar, enak banget kayanya.”
Aku dan mas Wawan saling pandang, harus ke mana lagi aku pinjam uang.
“Iya, Bu besok kita jalan ya?” ujarku. Sekarang ibu istirahat ya biar besok seger, pantainya agak jauh soalnya,” lanjutku.
Setelah ibu tidur aku dan mas Wawan sibuk mencari pinjaman, akhirnya aku gadaikan cincin lima gram mahar menikah dulu, nanti aku tebus, yang penting saat ini aku dapat uang.
Esoknya aku pesan taxi online menuju pantai, melihat ibu bahagia rasanya aku dan mas Wawan pun ikut bahagia, belum tentu ketika kita banyak uang ada kesempatan menyenangkan beliau.
Seminggu sudah ibu mertuaku di kontrakanku. Saatnya ibu pulang, aku membelikannya tiket untuk pulang dan tak lupa aku memberinya uang untuk pegangan.
Aku dan mas Wawan mengantar sampai pool bis jurusan kota asal kami.
“Hati-hati ya bu, handphone jangan sampai nggak aktif, kabari kalau ada apa-apa, kalau sudah sampai juga kabari ya, Bu,” ujarku khawatir.
Aku catat nomer Bis, takut ada apa-apa aku bisa melacaknya.
Aku pulang dengan mas Wawan dan langsung berhitung hutang yang harus aku bayar dan jumlahnya tidak sedikit.
“Maafkan ibu ya, Nis,” ucap mas Wawan merasa bersalah.
“Ngapain minta maaf , Mas, ibumu ya ibuku juga, semoga Allah memberi kita jalan keluar untuk membayar hutang-hutang ini.”
Saat aku membersihkan kamar, aku melihat ada kertas di meja dan sebuah amplop.
‘Untuk anakku dan menantuku yang tukang bohong’
Terima kasih sudah membahagiakan ibu selama tinggal di tempat kalian. Semoga Allah memberkahi hidup kalian.
Tertanda
Ibu dan mertua kalian.
Aku membacanya keras-keras membuat aku dan mas Wawan menahan tangis.
Aku buka amplop di bawah kertas tadi. Ada uang lima juta di dalamnya. Seketika aku menangis.
“Ibuuuu.... “
Mas Wawan pun menangis.
“Maafkan Wawan, Bu.”
Aku segera menuju warung teh Murni mau membayar hutang sembako kemarin.
“Loh sudah dibayar sama ibu mertua mu Mbak, kemarin beliau ke sini di antar sama Adi anakmu.”
“Ya Allah.”
Aku pun bergegas ke ibu kontrakan mau melunasi bayaran kontrakan.
“Udah nggak usah, ibu mertuamu sudah melunasinya, malah itu kontrakanmu sudah dibayar setahun.”
Aku terduduk lemas.
“Ya Allah ibu maafkan menantumu sempat mengeluhkan kedatanganmu.”
Aku pulang dan menceritakan kepada mas Wawan. Dia pun menangis dan berlari mengambil handphone.
Segera dia telpon ibunya yang baru saja menuju pulang.
Tetapi mas Wawan tak bisa bicara apa-apa dia hanya menangis di telfon.
[Sudah jangan menangis, ibu nggak pernah mengajari anak ibu berbohong tetapi kali ini kebohongan anak dan menantu ibu sungguh membuat ibu bahagia]
[Makasih ya Bu]
----------------
Perumnas Adiarsa
Karawang, 25 Februari 2021 😭😭😭🙏
Sumber : Group WA Espero
Baca juga : Kisah inspiratif 2 : Kisah Seorang Anak di Amsterdam, Belanda
Jumat, 15 Januari 2021
JENDELA INFORMASI KITA
Slamet Suprapto, Guru Matematika SMP N 2 Sokaraja, Banyumas |
1.16 Eko Yuli Sarwono, SMP N 19 Purworejo ( KUNJUNGI )
1. 17 Akhmad Sudrajat ( KUNJUNGI )