Kamis, 14 Maret 2024

Minggu, 21 Januari 2024

Minggu, 12 November 2023

KISAH INSPIRATIF 5

 Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.

Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga keadaan beliau sangat lemah.

 Pada suatu hari, Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua Sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dgn para Sahabat.

Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt Taushiyah dari Rasulullah SAW.

 Beliau duduk dgn lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat,

menahan sakit yg tengah dideritanya.

 Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kpdmu,

bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah?"

 Semua Sahabat menjwb dgn suara bersemangat,

"Benar wahai Rasulullah,

Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."

 Kemudian Rasulullah SAW bersabda:

"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

 Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi,

dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

 Akhirnya sampailah pada satu pertanyaan yg menjadikan para Sahabat sedih dan terharu.

 Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah SWT,

Dan sblm aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dgn manusia.

Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua.

Adakah aku berhutang kepada kalian?

Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut.

Karena aku tidak mau bertemu dgn Allah SWT dalam keadaan berhutang dengan manusia."

 

Ketika itu semua para Sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yg banyak berhutang kepada Rasulullah".

 Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

 Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH,

seorg sahabat, mantan preman sblm masuk Islam, dan dia berkata:

 "Ya Rasulullah... Aku ingin sampaikan masalah ini.

Seandainya ini dianggap hutang,

Maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa2".

 Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

 Maka Ukasyah pun mulai bercerita:

"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, suatu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda.

Tetapi cemeti tsb tidak kena pada belakang kuda,

Tapi justeru terkena pada dadaku,

Karena ketika itu aku berdiri dibelakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".

 Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, Maka hari ini aku akan terima hal yg sama."

 Dengan suara yang agak tinggi,

Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

 Ukasyah se-akan2 tidak merasa bersalah mengatakan demikian.

 Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah kepada Ukasyah.

"Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. Bukankah Baginda sedang sakit..!!?

 Ukasyah tidak menghiraukan semua itu.

Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah Fatimah, anaknya.

 Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah,

Kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

 Bilal menjwb dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah."

 Terperanjat dan menangislah Fatimah, seraya berkata:

"Kenapa Ukasyah hendak memukul Ayahku Rasulullah?

Ayahku sedang sakit, kalau mau memukul, pukullah aku anaknya".

 Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

 Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikannya kepada Ukasyah.

Setelah mengambil cambuk itu, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

 Tiba2, Abu Bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil

berkata: "Ukasyah... kalau kamu hendak memukul, pukullah aku..!!

Aku adalah orang yang pertama beriman dgn apa yg Rasulullah SAW sampaikan.

Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul,

maka pukullah aku".

 Rasulullah SAW bersabda: "Duduklah wahai Abu Bakar.

Ini urusan antara aku dgn Ukasyah".

Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah SAW. Kemudian Umar bin Khattab berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

 "Ukasyah... kalau engkau mau mukul, pukullah aku.

Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad,

bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya.

Itu dulu. Sekarang, tidak boleh ada seorang pun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad SAW.

Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah,

maka langkahi dulu mayatku..!!"

 Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:

"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

 Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, dan tiba2 berdirilah Ali bin Abu Talib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja.

Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

 Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:

"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

 Ukasyah semakin dekat dgn Rasulullah SAW. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.

 Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon...

"Wahai Paman, pukullah kami Paman, Kakek kami sedang sakit,

Pukullah kami saja wahai Paman, sesungguhnya kami ini Cucu kesayangan Rasulullah SAW.

Dengan memukul kami, sesungguhnya itu sama dengan menyakiti Kakek kami,, wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai Cucu2 kesayanganku, duduklah kalian.

Ini urusan kakek dengan Paman Ukasyah".

 Begitu sampai di tangga mimbar,

dengan lantang Ukasyah berkata:

 "Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini..!!"

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah SAW didudukkan pada sebuah kursi,

lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

 "Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju,

Ya Rasulullah."

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.

Tanpa ber-lama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah; sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar...

Kemudian Rasulullah SAW berkata:

"Wahai Ukasyah, Segeralah dan janganlah kamu ber-lebih2an. Nanti Allah SWT akan murka padamu."

 Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW,, Cambuk di tangannya ia buang jauh2. Kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW se-erat2nya,, sambil menangis sejadi-jadi2nya...

 Ukasyah berkata:

"Ya Rasulullah, Ampuni aku,

Maafkan aku;

Mana ada manusia yg sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya, agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu...

Karena Engkau pernah mengatakan "Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan denganku, maka diharamkan api neraka atasnya."

 Seumur hidupku aku ber-cita2 dapat memelukmu.

Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.

 Dan sungguh aku takut dengan api neraka.

Maafkan aku ya Rasulullah..."

 Rasulullah SAW dgn senyum berkata:

 "Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat Ahli Syurga, maka lihatlah Ukasyah..!!"

Semua sahabat menitikkan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.

 SEMOGA dengan membaca ini, bila ada air mata, ini membuktikan Kecintaan kita kepada Kekasih Allah SWT...

Allahumma'sholli 'alaa Sayyidina Muhammad.

Allahumma sholli 'alayhi wassalam...

 Semoga Allah SWT selalu meridhai kita semua. Aamiin...

Minggu, 22 Oktober 2023

KISAH INSPIRATIF 2

 ðŸ“‘KISAH SEORANG ANAK DI AMSTERDAM, BELANDA

⛓️Setiap selesai shalat Jum'at setiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yang berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku Islam, di antaranya buku Ath-Thariq ilal Jannah (Jalan Menuju Surga).

📌Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.

Namun, tibalah suatu hari ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin. 

Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin.

Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku telah siap."

Ayahnya menjawab, "Siap untuk apa?"

Ia berkata, "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)."

Sang ayahpun berucap, "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur."

Sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan, "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju Neraka di luar sana, dibawah guyuran hujan."

Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata, "Namun, Ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini." 

Akhirnya, anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak, dan akhirnya memberikan izin.

Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata, "Terima kasih, wahai ayahku."

Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. 

Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.

Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun, sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. 

Akhirnya, ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.

Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. 

Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. 

Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut. 

Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.

Nenek berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"

Si anak berkata (dengan mata yang berkilau dan senyuman yang menerangi dunia), "Saya minta maaf jika mengganggu. Akan tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan Nyonya. 

Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada Nyonya. Di dalamnya, dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhaannya."

Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah, ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi.

Terdengar sayup-sayup, dari shaf perempuan, seorang perempuan tua berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya di sini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu, saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat, dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini."

Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu, 

"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku....... Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi, dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir, 'Paling sebentar lagi, juga pergi.'

Namun......... suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati, 'Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku? Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.'

Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. 

Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian. 

Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.

Ia berkata, 'Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa : Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya,' lalu dia memberikan buku ini kepadaku.

"De Weg Naar De Hemel" (Jalan Menuju Surga)

 Anak kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang di balik guyuran hujan.

Hari itu juga secara tiba-tiba setelah menutup pintu, aku langsung membaca buku dari anak kecilku itu sampai selesai. 

Seketika, kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi."

"Sekarang, lihatlah aku. diriku sangat bahagia, karena aku telah mengenal Tuhan-ku yang sesungguhnya."

"Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterima kasih kepada kalian yang telah mengirimkan mutiara kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api Neraka."

Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung di masjid bergemuruh dengan  pekikan takbir, 

"Allahu Akbar."

Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana mutiara kecil itu duduk, dan memeluknya erat, di hadapan para jama'ah.

Sungguh mengharukan. Mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.

Judul asli :

قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة  

"DE WEG NAAR DE HEMEL"

Penerjemah: 

Shiddiq Al-Banjow

jazakumullahu khairan wa wabarokallahu Fiikum

Baca juga: Kisah inspiratif 3 : Kesombongan